ANTIKONVULSI GOLONGAN DAN TURUNANNYA
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau
penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan episode singkat
(disebut bangkitan atau seizure); dengan gejala utama kesadaran menurun sampai
hilang. Bangkitan ini biasanya diserta
kejang (konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan sensorik atau psikik dan disertai gambaran letupan EEG
abnormal dan eksesif. Berdasarkan gambaran EEG (electroencephalography), alat
untuk memeriksa gelombang otak, epilepsi dapat dinamakan disritmia serebral
yang bersifat paroksismal. Pada masyarakat awam, epilepsi dikenal dengan nama
penyakit ayan atau mati kambing.
Bangkitan epilepsi merupakan fenomena klinis yang
berkaitan dengan letupan listrik atau depolarisasi abnormal dan eksesif,
terjadi disuatu focus dalam otak yang menyebabkan bangkitan paroksismal. Focus
ini merupakan neuron epileptik yang sensitif terhadap rangsang sehingga disebut
neuron epileptik. Neuron inilah yang menjadi sumber bangkitan epilepsi.
Antikonvulsan (antikejang)
digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsiepi(epileptic seuzure)
dan bangkitan non-epilepsi. Bromida obat pertama yang digunakan untuk terapi
epilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai anti epilepsi baru
yang lebih efektif. Phenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi
spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan
efek hipnotiknya. Diindonesia phenobarbital masih digunakan,walaupun diluar negeri obat ini mulai banyak
ditinggalkan fenitoin(difenilhidantoin),sampai saat ini masih tetap merupakan
obat utama anti epilepsi,khususnya untuk bangkitan parsial dan bangkitan umun
tonik-klinik. Disamping itu karbamazepin semakin banyak digunakan,karena
dibandingkan dengan fenitoin efek sampingnya lebih sedikit dan lebih banyak
digunakan untuk anak-anak karena tidak menyebabkan wajah kasar dan
hipertrofigusi.Pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun kemampuan
kognitif lebih kecil.
- MEKANISME KERJA OBAT ANTI KEJANG
Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses
inisiasi dan penyebaran kejang.
- Inhibisi kanal Na+ pada membran selakson. Contoh: fenitoin, karbamazepin, topiramat, lamotrigin, valproat, dan zonisampid.
- Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron talamus (yang berperan pada peace maker untuk membangkitkan cetusan listrik umum di korteks). Contoh: etosuksimid, trimetadon, asam valproat.
- Peningkatan inhibisi
GABAMekanisme ini bisa terjadi dengan dua cara:
a. Langsung pada kompleks GABA dan kompleks Cl-. Contoh: benzodiazepin dan barbiturat.b. Menghambat degradasi GABA dengan mempengaruhi ambilan kembali dan metabolisme GABA. Contoh: tiagabin, vigabatrin, asamvalproat, dan gabapentin.
Sebagai
hasil dari perkembangan secara cepat dalam teknik biologi molekular untuk studi
neurofisiologi epilepsi dan dalam interaksi obat antiepilepsi dengan
neurotransmiter pada kanal ion atau reseptor otak (AMPA/Kaglutamat reseptor),
muncul obat anti epilepsi generasi baru. Obat obat antiepilepsi generasi baru
tersebut yaitu felbamat, gabapentin, lamotrigin, levetiracetam, oxkarbazepin,
tiagabin, topiramat, dan zonisamad.
Mekanisme
aksi obat-obat tersebut berikatan dengan kanal ion dan reseptor otak dengan
meningkatkan aktivitas GABA otak (tiagabin) atau dengan menghambat asam amino
eksitatori (GABA: lamotrigin, felgabamat).
- Hubungan struktur aktivitas secara umum
1. Substitusi
pada C5 dari hidantoin dan oxazolidinedion
atau C2 dari suksimid menentukan aktivitas anti kejang yang dikontrol.
2. Hidantoin
dengan sedikitnya 2 gugus fenil merupakan obat pilihan pada kejang
generalis tonik-klonik. Substitusi
di-fenil meningkatkan potensi anti-grand mal dibanding substitusi fenil tunggal.
3. Oxalidinedion
yang disubstitusi pada C5 dengan rantai alkil pendek (metil atau etil) lebih
efektif mengobati petit-mal, kurang efektif mengobati grand-mal.
4. Suksinimid
yang merupakan anti-petit mal paling poten, memiliki gugus alkil pendek pada
C2.
5. Oxazolidindion
lebih toksik, untuk itu sksinimid lebih aman sebagai alternatif untuk
absence-seizure (petit mal).
1.
Turunan Hidantoin
Hidantoin
memiliki struktur mirip dengan barbiturat, namun pada hidantoin tidak ada
bagian 6-okso. Kedua obat ini berguna untuk anti tonik-klonik generalis (grand
mal) dibanding anti-absence (petit-mal). Hidantoin memiliki 5 cabang pada
struktur cincin yang mengandung 2 nitrogen dalam konfigurasi ureida. Obat-obat
antiepilepsi yang memiliki struktur hidantoin yaitu fenitoin, HPPH
(2-(1-Hexyloxyethyl)-2-devinyl pyropheophorbide-a), fosfenitoin, ethotoin,
mefenitoin.
- Hubungan struktur aktivitas:
- Substitusi pada C5 dari hidantoin
menentukan aktivitas anti kejang yang dikontrol.
- Hidantoin dengan sedikitnya 2 gugus fenil merupakan obat pilihan pada kejang generalis tonik-klonik. Substitusi di-fenil meningkatkan potensi anti-grand mal dibanding substitusi fenil tunggal.
a a. Fenitoin
a b. Mefentoin
2.
Barbiturat (fenobarbital, mephobarbital, primidone)
Merupakan
subsitusi dari derivat pirimidine dengan konfigurasi ureide. Merupakan asam lemah lipofilik (pK 7-8) dan
terdistribusi dengan baik ke otak. Meskipun banyak barbiturat menunjukkan
aktivitas hipnotik sedatif, hanya beberapa yang punya efek antiseizure. Banyak
barbiturat dapat menyebabkan kejang. Barbiturat yang berguna secara klinis
untuk AEDs adalah phenobarbital, mephobarbital dan primidone.
Mekanisme dari
kerja antiseizure pada barbiturate belum diketahui namun diperkirakan untuk
meningkatkan blockade dari sodium channel dan meningkatkan transmisi
GABA-mediated inhibitory.
a a. Fenobarbital
Digunakan untuk
konvulsif disorder dan menjadi drug of choice pada bayi berumur 2 bulan. Diindikasikan
untuk pengobatan pada parsial atau kejang tonik klonik di semua usia, meskipun kurang efektif dari
phenitoin atau CBZ pada dewasa (40). Meskipun digunakan secara monoterapi,
biasanya dikombinasi dengan AED lain.
Fenobarbital
dapat digunakan dengan rute parenteral, seperti garam sodium untuk keadaan
daruratdan untuk keadaan acute convulsive disorder dengan eclampsia,
meningitis, tetanus, dan untuk anestesi lokal. Karena onset nya lambat maka
diberikan setelah benzodiazepin untuk pengobatan status epileptikus.
Farmakokinetik :
Fenobarbital adalah
asam lemah (PKA 7,4 log P = 1,53 pada pH 7,4) 50% terionisasi pada pH
fisiologis dan didistribusikan dengan baik ke dalam SSP. Absorbsi secara oral
lambat, dengan bioavailabilitas oral 80% -100% dan menunjukkan kinetika linear.
40-60% protein plasma fenobarbital terikat dan mempunyai waktu paruh yang
panjang yaitu 2-6 hari, yang menghasilkan konsentrasi plasma sangat stabil
sekitar 25-50% dari dosis.
a b. Mefobarbital
(Mebaral)
Merupakan
derivat barbiturat AED dengan pKa 7,7 (log P=1,84 pada pH 7,4). 50% dari dosis
oral mephobarbital diabsorpsi di jalur gastrointestinal. Konsentrasi plasma
yang digunakan untuk efek terapetik tidak diketahui. Akar utama metabolisme
mephobarbital adalah N-demetilasi oleh hati untuk membentuk fenobarbital, yang
dapat diekskresikan dalam urin tidak berubah dan sebagai yang p-hidroksi
metabolit dan glukuronida atau sulfat konjugat.
a c. Primidon
(Mysoline)
Primidon adalah
turunan 2-deoksi fenobarbital dan disetujui oleh US FDA untuk pengobatan awal
atau penunjang kejang parsial sederhana, parsial kompleks, dan tonik-klonik.
Kurang efektif terhadap jenis kejang dibandingkan fenitoin atau CBZ. Meskipun
tidak disetujui untuk tujuan tersebut, sering digunakan untuk mengobati tremor
familial jinak (tremor esensial).
1 3. Suksinimida
Karena oksazolidindion bersifat toksik, dicari pengganti yang
memiliki efek toksik lebih rendah. Penggantian cincin O pada oksazolidindion
dengan gugus metil memberikan antiseizure suksinimida. Secara klinis
suksinimida yang digunakan termasuk etosuksimid, metsuksimid, dan fensuksimid.
Suksinimida diindikasikan untuk monotetapi pada absence seizure atau
terapi kombinasi ketika kejang tipe lain terjadi bersamaan dengan absence
seizure. Aktivitas suksinimida relatif sama dengan turunan oksazolidindion
tetapi efek sampingnya lebih rendah.
a.
Etosuksimid
Merupakan obat pilihan untuk pengobatan typical absence seizure (toksisitasnya
lebih rendah dibanding trimetadion), tapi tidak efektif melawan parsial
kompleks atau kejang tonik-klonik. Etosuksimid merupakan substrat CYP3A4 dan CYP2E1. Metabolit utama pada
suksinimida yaitu 3-(1-hydroxyethyl) suksinimida, yang tidak aktif dan
terekskresi dalam betuk tidak terkonjugasi dalam urin.
b.
Metsuksimid
Metsuksimid tidak umum digunakan, diindikasikan untuk absence
seizure refractory dengan obat lain. Biasanya dikombinasikan dengan
fenitoin atau fenobarbital ketika absence seizure terjadi bersama dengan gejala
tonik klonik. Banyak efikasi dari metsuksimid dikaitkan dengan desmethyl
metabolitnya. Pada metsuksimid waktu paruhnya antara 2,6-4 jam, namun waktu
paruh untuk N-desmethylsuximide adalah 25 jam, yang menyebabkan substansi
terakumulasi.
c.
Fensuksimid
Fensuksimid jarang digunkan untuk pengobatan absence seizure
refractory, karena diperkirakan tidak lebih efektif dibanding etosuksimid.
Fensuksimid diekskresi melaului urin dan empedu.
4. Mengapa penyakit kejang lebih sering terjadi pada anak-anak?
Pertanyaan :
1. Sebutkan 4
contoh obat antikonvulsi !
2. Sebutkan 3
senyawa yang terdapat pada golongan hidantoin !
3. Jelaskan
mekanisme kerja obat antiepilepsi !4. Mengapa penyakit kejang lebih sering terjadi pada anak-anak?




Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.2 tentang efek samping obat antikonvulsi.
ReplyDeleteMenurut literatur yang pernah saya baca penggunaan dari obat antikonvulsi memiliki beberapa efek semping diantaranya menyebabkan sakit kepala, sindrom serebral, perubahan jaringan konektif, hiperplasia gusi, kulit wajah menjadi kasar, penyakit metabolisme tulang, sedasi, dan gangguan kognitif.
Terimakasih kak atas tanggapannya mengenai 3 senyawa yang terdapat pada hidantoin, menurut saya 3 senyawa turunan hidantoin yaitu Fenitoin, Mefentoin, Iprodion
DeleteTerimakasih atas informasinya , sangat bermanfaat sekali 🙏
ReplyDeleteAssiyyapp
ReplyDeleteHallo ilham saya akan mencoba menanggapi persoalan no 4 dimana terjadinya kejang pada anak salah satu alasan mudahnya timbul kejang pada usia dini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni meningkatnya faktor eksitasi dan menurunnya faktor inhibisi neurotransmiter otak.Penyebab epilepsi lainnya adalah karena kelainan bawaan otak, infeksi pada kehamilan, kurang nutrisi saat kehamilan, berat lahir kurang, dan trauma otak.Gangguan pada otak tersebut membuat koneksi saraf menjadi abnormal dan kerja sel-sel saraf terganggu.
ReplyDeleteTerima kasih arion atas tanggapannya mengenai sering timbulnya penyakit kejang pada anak-anak.
DeleteTerimakasih penjelasannya , saya ijin bertanya , apakah ada hubungannya kejang dengan gangguan mental ? Jika iya , bagaimana?
ReplyDeleteBaik Terima Kasih atas pertanyanaannya, Saya akan menjawab Iya, Menurut penelitian menyebutkan bahwa ada 10 milyar sel otak yang tumbuh pada masa anak-anak. Namun jika terjadi kejang hal ini dapat mengakibatkan kematian 50 sel otak. Jika itu terjadi berulang kali maka akan banyak sel otak yang mati.
DeleteTerimakasih artikelnya ilham:) saya ingin menjawab pertanyaan nomor no 3 Karena Obat ini paling sedikit efek toksiknya, sedikit efeknya terhadap sedasi umum, dan tidak menimbulkan adisi. Tetapi, obat ini tidak boleh dipakai selama kehamilan karena dapat menimbulkan efek teratogenik pada janin.
ReplyDeleteTerimakasih atas tanggapanya kak, tetapi menurut saya mekanisme kerja obat antikonvulsi ialah melawan bangkitan melalui berbagai target seluler, sehingga mampu menghentikan aktivitas hipersinkroni pada sirkuit otak
DeleteTerimakasih atas artikelnya, sangat bermanfaat sekali🙏
ReplyDelete